Dunia Semu

Diri ini bukanlah kesucian yang beharap kesempurnaan. Dan juga tak lebih dari tumpukan sebuah keburukan yang mengharap kebaikan. Bukan pula sebongkah karang yang kokoh, hanyalah anai yang terbawa deru angin nafsu dunia. ajpradana

Siang kan berganti malam, ada kalanya hujan ada pula panas terik. Kebahagiaan dan kesedihan, serta kasih sayang dan kebencian. Seolah itu semua sudah saling beriringan di semesta ini. Mungkin itulah takdir yang sudah semestinya terjadi. Bagaimana tidak, apakah kita bisa membayangkan kalau seandainya manusia itu mengatur nafasnya sendiri, mengatur detak jantungnya sendiri, mengatur aliran darahnya sendiri, dll. Dibayangkan saja susah apalagi menjalani itu semua. Begitu bersyukurnya kita bisa menikmati ini semua yang ada di tubuh kita yang sudah tersetting secara otomatis. Kata ini lah yang perlu di ingat 'maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'?

Ada yang tau kata-kata yang berbunyi 'yesterday is a memory, today is a gift, tomorrow is mystery'? Mungkin itu adalah penggambaran bahwasanya kita harus mensyukuri apapun yang terjadi dengan kita. Tetapi bagi saya segala sesuatu itu tinggal bagaimana usaha kita, setelah itu tinggal bagaimana Tuhan membayar jerih payah dan usaha kita. Segala sesuatu itu sudah ada dalam catatan sang Pencita. Apapun yang terjadi dengan kita itu tidak lepas dari rencanaNya. Ketika daun yang akan jatuh dari tangkainya pun, Tuhan sudah menentukan pada hari, jam, menit, dan detik keberapa ia akan jatuh, dan Tuhan juga sudah menentukan pula ia dalam kondisi seperti apa ia berada diatas tanah, pada kemiringan sudut keberapa, seberapa jauh dengan pohonnya. Begitulah Tuhan menentukan sesuatu sampai sedetil itu.

Itu baru satu kisah tentang selembar daun. Bagaiman dengan manusia? Sudah menjadi kepastian bahwa Tuhan itu akan merancang dan memberikan yang terbaik bagi makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini. ajpradana

Ini bukan tentang besuk mentari masih terbit dari timur atau sudah salah arah. Ini juga bukan tentang rasa gula yang masih manis atau sudah berubah menjadi asin. Juga bukan baik buruknya sesuatu dan apa pun itu. Terkadang masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang sering berkecamuk di benak ini.

Pertanyaan yang mungkin orang akan males untuk mencari jawabannya. Atau bahkan aku dianggap tidak waras lagi. Atau mungkin aku memang sudah tidak waras. Bukan kah hanya orang yang tidak waras lah, yang menganggap dirinya tidak waras. Bener ga??? Berarti aku memang tidak waras ya??? Mungkin..

Ini lah kehidupan. Mau tidak mau harus tetap berjalan. Mau gula itu berubah jadi asin, atau pun darah ini tak lagi merah warnanya. Ya ini lah hidup. Berapa ya jumlah helai rambut ku ini??? Dan butuh berapa hari ia akan tumbuh??? Berapa menit ia bisa jadi panjang??? Terus berapa detik ia berubah menjadi uban???

Lantas apa hubungan nya dengan kehidupan??? Aku sendiri juga tak tau ada hubungan apa pertanyaan itu dengan kehidupan ini. Hubungan saudara kali ya…,  Namanya juga orang tidak waras, jadi ya bebas mau nulis dan bahas apa. Mmmm…

Mau ada hubungan nya atau tidak, segalanya terkadang harus dihubung-hubungkan agar seolah terhubung. Dan terhubung itu ya yang bisa nyambung. Lantas nyambung itu ya bingung.
Sebenarnya intinya kalau kita semakin banyak bertanya ‘kenapa?’, maka akan semakin banyak pula hal yang harus kita cari jawabannya. Kenapa harus gagal? Kenapa harus susah? Dan kenapa, kenapa yang lainnya.

Yakinlah bahwa semua yang ada dalam diri ini itu berpotensi dan bisa. Tinggal bagaimana kita mengolah potensi itu untuk menjadi sesuatu yang tidak biasa. ajpradana

Sendiri dalam sunyi
yang ku lihat hanya dinding
dan langit-langit ruang pembaringanku
sesekali cahaya mentari menyusup dari celah jendela
disinilah ku terbaring

Kenapa waktu seolah lambat berjalan?
ku ingin mendengar suaramu
melihat senyum mu
tenang dalam dekapan mu.

Masih sama kah rasa itu?
Masih terjaga kah keindahan itu? ajpradana